Badan Pengelola Tak Berjalan, Geopark Kaldera Toba Dapat Kartu Kuning dari UNESCO

Medan, UNESCO memberikan peringatan kartu kuning pada Geopark Kaldera Toba karena organisasi badan pengelola tak berjalan. Perbaikan harus dilakukan paling lama dua tahun agar keanggotaan UNESCO Global Geopark tak dicabut. 

UNESCO memberikan kartu kuning atas pengelolaan Geopark Kaldera Toba, antara lain karena organisasi badan pengelola tidak berjalan. Kaldera Toba diberi waktu dua tahun untuk perbaikan agar keanggotaannya di UNESCO Global Geopark bisa diperpanjang lagi. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara didorong melakukan reorganisasi badan pengelola.

Warga bertani di dinding Kaldera Toba di Desa Janji Matogu, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Selasa (16/7/2019). KOMPAS/NIKSON SINAGA
Keputusan memberikan kartu kuning kepada Geopark Kaldera Toba diumumkan oleh UNESCO melalui laman resmi unesco.org. Pengumuman itu merupakan hasil validasi ulang Geopark Kaldera Toba yang dilakukan tim asesor UNESCO pada 31 Juli–4 Agustus lalu.

”Organisasi badan pengelola memang tidak jalan. Bahkan, banyak pengurus yang tidak pernah berada di daerah kerjanya di Geopark Kaldera Toba,” kata Koordinator Bidang Edukasi, Penelitian, dan Pengembangan Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark Wilmar Simandjorang, Kamis (7/9/2023).

UNESCO yang merupakan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu menyebut, validasi ulang dilakukan untuk memastikan kualitas pengelolaan UNESCO Global Geopark (UGGp). Validasi secara menyeluruh dilakukan setiap empat tahun.

Kartu hijau menunjukkan pembaruan keanggotaan UGGp selama empat tahun ke depan. Sementara kartu kuning membatasi periode pembaruan dua tahun. Anggota UGGp yang mendapat kartu kuning juga harus melaksanakan rekomendasi Dewan Eksekutif UNESCO yang diberikan berdasarkan penilaian tim asesor.

Geopark Kaldera Toba diterima menjadi anggota UGGp melalui sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, 7 Juli 2020, setelah perjalanan panjang sejak 2009. Keanggotaan itu seharusnya mendorong pembangunan yang mencakup tiga pilar, yakni pemberdayaan masyarakat lokal, edukasi, dan konservasi.

Pembangunan berbasis geopark menonjolkan unsur geologi, keanekaragaman hayati, dan kebudayaan. Saat ini, ada 195 taman bumi di 48 negara yang menjadi anggota UGGp. Di Indonesia ada lima anggota UGGp, yakni Geopark Kaldera Batur, Gunung Sewu, Ciletuh-Palabuhanratu, Rinjani, dan Kaldera Toba.

Meskipun berusaha ditutupi, kata Wilmar, tim asesor UNESCO mengetahui kalau BP TCUGGp hampir tidak bekerja sama sekali. Badan itu dipimpin oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Zumri Sulthony sebagai ketua umum (ex officio) dan juga Mangindar Simbolon sebagai ketua harian.

Sudah tiga pekan Mangindar ditahan Kejaksaan Tinggi Sumut atas kasus korupsi pengalihan status kawasan hutan Tele saat menjabat Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Toba Samosir 23 tahun lalu. Namun, Wilmar menyebut, hingga kini belum ada pembicaraan reorganisasi di BP TCUGGp.

Wilmar mengatakan, ada empat rekomendasi dari UNESCO yang harus dilaksanakan paling lama dalam dua tahun ke depan. Pertama, badan pengelola harus meningkatkan kegiatan edukasi berbasis riset. Kedua, harus segera dilakukan revitalisasi dan optimalisasi badan pengelola.

Ketiga, harus dilaksanakan pembelajaran manajemen agar badan pengelola bisa memahami dan melaksanakan prinsip UGGp. Keempat, visibilitas, seperti gerbang, monumen, dan panel interpretasi, perlu diperbanyak sehingga pengunjung bisa tahu kalau sudah berada di kawasan Geopark Kaldera Toba.

Terkait dengan kartu kuning yang diberikan UNESCO tersebut, Ketua Umum (ex officio) BP TCUGGp Zumri Sulthony menyatakan belum mendapat informasi resmi dari UNESCO.

Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (Asppi) Kabupaten Samosir Ombang Siboro mengatakan, label Geopark Kaldera Toba sebagai anggota UGGp seharusnya memberikan dampak besar dalam pembangunan kawasan, khususnya di sektor pariwisata berbasis ilmu pengetahuan. ”Namun, tiga tahun keanggotaan Kaldera Toba di UGGp tidak dimanfaatkan secara maksimal,” kata Ombang.

Ombang menyebut, pariwisata di kawasan Danau Toba masih hanya menjual keindahan alam. Upaya menjual kekayaan dan keajaiban geologi Kaldera Toba belum terlihat. Kaldera Toba tercipta dari letusan supervulkanik Gunung Api Toba purba 74.000 tahun lalu. Letusan terdahsyat di bumi dalam 2,5 juta tahun terakhir itu mengubah kehidupan.

Para ahli kaldera dunia yang mengikuti International Workshop on Collapse Caldera (IWCC) 2018 di Samosir menyebut kaldera Toba sebagai pusat studi penelitian terbaik bagi ilmu letusan gunung api superdahsyat di dunia (Kompas.id, 25/9/2018). 

Sumber : Kompas.id

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.