Sejarah Kaldera Danau Toba yang Kini Jadi Global Geopark UNESCO

Toba, Kaldera Danau Toba merupakan salah satu warisan dunia yang sudah diakui oleh The United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO) pada 31 Agustus 2020 lalu. Namun tahukah detikers apa itu kaldera?

Bukit Sibeabea - Samosir/ist
Secara umum, kaldera diartikan sebagai sebuah cekungan atau lubang besar yang diakibatkan oleh kosongnya ruang magma akibat letusan gunung api. Cekungan atau lubang besar ini dapat memiliki kedalaman yang lebih dari 2 km.

Di Indonesia sendiri ada beberapa kaldera yang terbentuk akibat letusan gunung api. Kaldera Danau Toba merupakan kaldera yang paling besar di antara kaldera yang ada.

Namun tahukah anda bagaimana Kaldera Danau Toba ini dapat terbentuk? Berikut rangkuman sejarahnya.

Menurut penelitian Knight di tahun 1986 serta Chesner dan Rose di tahun 1991, letusan Gunung Toba yang berada di bawah Danau Toba meletus sebanyak tiga kali. Letusan yang pertama membentuk Kaldera Porsea, letusan kedua membentuk Kaldera Haranggaol, dan letusan ketiga membentuk Kaldera Sibandang.

1. Kaldera Porsea


Letusan pertama ini terjadi kurang lebih 800.000 - 900.000 tahun yang lalu yang juga disebut dengan erupsi kaldera generasi pertama atau Old Toba Tuff (OTT). Letusan ini menghasilkan kaldera di tenggara Danau Toba, meliputi daerah Parapat dan Porsea, disebut Kaldera Porsea.

Kaldera ini mencakup kawasan seluas 1.220 km persegi yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tobasa, Tapanuli Utara, dan Simalungun. Letusan ini memuntahkan 500 km kubik material piroklastika bersusunan andesitan hingga riolit, dengan ketebalan mencapai 300 meter.

2. Kaldera Haranggaol

Letusan kedua ini terjadi pada 500.000 tahun yang lalu dan lebih kecil dari letusan sebelumnya. Letusan ini disebut dengan erupsi kaldera generasi kedua atau Middle Toba Tuff (MTT).

Letusan ini menghasilkan kaldera di utara Danau Toba, meliputi daerah antara Silalahi dan Haranggaol, disebut Kaldera Haranggaol, mencakup kawasan seluas 585,6 km persegi, merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun, Karo, dan Dairi. Letusan ini memuntahkan 60 km kubik material piroklastik bersusunan riolit dengan tebal mencapai 140 meter.

3. Kaldera Sibandang

Letusan ketiga ini terjadi pada 74.000 tahun yang lalu yang disebut dengan erupsi kaldera generasi ketiga atau Youngest Toba Tuff (YTT), menghasilkan kaldera di bagian barat daya dan barat Danau Toba, mencakup kawasan 497 km persegi yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara yang disebut dengan Kaldera Sibandang.

Letusan ini menjadi letusan terbesar sepanjang sejarah. Sebanyak 2.800 km kubik material yang dimuntahkan oleh letusan ini. material yang dimaksud berupa 800 km kubik batuan ignimbrite dan 2.000 km kubik abu vulkanik beracun dengan tebal mencapai 400 m dengan tinggi lebih dari 50 km yang menyebar dari Dataran China sampai Afrika Selatan. Letusan inilah yang membentuk Kaldera Danau Toba.

Letusan ketiga ini diperkirakan berlangsung selama satu minggu dan lavanya menyebar ke seluruh wilayah Sumatera Utara. Setelah letusan ketiga terjadi, masih ada magma yang belum keluar ke bumi yang kini membentuk Pulau Samosir.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Kaldera Danau Toba terbentuk karena adanya tiga tahapan letusan yang dimulai sekitar 800.000 - 900.000 tahun yang lalu hingga letusan terakhir sekitar 74.000 yang lalu. Letusan yang terakhir inilah yang membentuk Kaldera Danau Toba yang kita kenal sekarang. (detiksumut/t)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.